Dalam mengonsumsi obat kita pernah mendengar adanya efek samping obat. Sebenarnya apa ya efek samping obat itu? Berikut adalah beberapa testimoni yang kami dapatkan mengenai efek samping obat.
“Akibat kalau kita minum obat itu ada dua, positif dan negatif. Nah, efek samping obat itu yang negatif. Contohnya alergi. Ya bahaya lah, apalagi kalau efek sampingnya seperti membuat detak jantung lebih cepat.” (Arie Undaya, Pegawai Swasta)“Maksudnya yang suka ada di kemasan obat itu? Efek samping itu pokoknya selain ikut mengobati, obat juga menimbulkan efek lainnya. Contohnya mual, mulut kering. Kalau nggak bahaya sih nggak apa-apa. “ (Gine, Pegawai Lembaga Administrasi Negara)“Efek yang ditimbulkan setelah pemakaian obat, baik langsung atau nggak langsung. Contohnya ngantuk, mual. Bahaya nggaknya tergantung dosisnya.” (Andri, Mahasiswa Magister Teknik Material ITB)“Efek samping obat itu misalnya badan jadi panas. Bahaya, bisa ketergantungan. Obat juga kan makhluk asing yang dimasukkin ke tubuh.” (Faisal, Pengajar Primagama)“Efek samping obat itu ketergantungan, ngantuk. Bahaya? Nggak juga. Kalau efek sampingnya tidur, nggak bahaya soalnya biar tidur. Kalo yang ketergantungan ga terlalu bahaya sih tapi ntar keseringan minum obat jadi banyak bahan kimia di tubuhnya.” (Devy, Mahasiswi Matematika UNPAD)“Efek samping obat itu misalnya mengantuk, jantung berdebar, mulut kering. Menurut aku nggak bahaya selagi pas waktu minum obat itu nggak lagi kerja atau sesuai dengan dosis yang dianjurkan.” (Cahya, Teknisi Bengkel Mobil)“Efek samping obat itu ngantuk. Bahaya? Tergantung kondisinya, nggak bahaya kalo orang sakit trus istirahat. Yang bahaya kalo makan obat, trus ngantuk trus lagi nyetir gitu.” (Hafni, ODP Bank Mandiri)“Setiap efek yang tidak dikehendaki yang dapat merugikan pasien yang meminum obat tersebut. Misalnya, mual, muntah, pusing. Nggak semuanya bahaya sih, misalnya kalo obat tersebut efek sampingnya menyebabkan kantuk, balik lagi ke kitanya yang minum obat, berarti jangan minum obat dalam berkendaraan atau sedang beraktivitas karena akan mengganggu aktivitas kita.” (Deri, Staf Biro Perencanaan ITB)“Efek samping obat itu ngantuk. Bahaya, karena kalo misalnya lagi bawa motor ngantuk kan bisa bahaya.” (Teguh, Mahasiswa Teknik Mesin ITB)“Ngantuk. Tergantung, ngantuk kan biar bisa bikin istirahat. Tapi kalo mau pergi-pergi pake kendaraan kalo ngantuk ya bisa bahaya.” (Eni, Pembantu Rumah Tangga)
kalau kita perhatikan pendapat mereka, ada kata-kata efek negatif, alergi, mual, muntah, dan kebanyakan juga menyertakan ngantuk sebagai salah satu efek samping obat. Ya, pendapat tersebut ada benarnya. Tapi untuk lebih jelasnya yuk kita bahas sedikit mengenai fenomena ini.
Memang betul bahwa selain memberikan efek terapi yang diharapkan, obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan yaitu efek samping obat. Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi antara molekul obat dengan tempat kerjanya. Jadi, suatu obat yang bekerja pada tubuh kita tidak selalu bekerja secara spesifik, ia dapat bekerja pada suatu reseptor tertentu yang terdistribusi luas pada jaringan tubuh. Jika interaksi ini terjadi maka ada efek lain yang dapat timbul.
Faktor-faktor pendorong terjadinya efek samping obat dapat berasal dari faktor pasien dan dari faktor obatnya sendiri.
1. Faktor pasien. Yaitu faktor intrinsik yang berasal dari pasien, seperti umur, faktor genetik, dan penyakit yang diderita
- Umur
Pada pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem metabolismenya belum sempurna sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dapat lebih besar, begitu juga pada pasien geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya sudah menurun.
- Genetik dan kecenderungan untuk alergi
pada orang-orang tertentu dengan variasi atau kelainan genetik, suatu obat mungkin dapat memberikan efek farmakologi yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan timbulnya efek samping. Genetik ini juga berhubungan dengan kecenderungan terjadinya alergi. Contohnya pada penisilin, sekitar 1-5% orang yang mengonsumsi penisilin mungkin mengalami reaksi alergi.
- Penyakit yang diderita
Untuk pasien yang mengidap suatu penyakit tertentu, hal ini memerlukan perhatian khusus. Misalnya untuk pasien yang memiliki gangguan hati atau ginjal, beberapa obat dapat menyebabkan efek samping serius, maka harus dikonsultasikan pada dokter mengenai penggunaan obatnya.
2. Faktor intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping, seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan obat, dan adanya interaksi antar obat.
- Pemilihan obat
Setiap obat tentu memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda, tempat kerja yang berbeda, dan tentunya efek yang berbeda pula. Maka dari itu, harus diwaspadai juga efek samping yang mungkin terjadi dari obat yang dikonsumsi
- Jangka waktu penggunaan obat
Efek samping beberapa obat dapat timbul jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Contohnya penggunaan parasetamol dosis tinggi pada waktu lama akan menyebabkan hepatotoksik atau penggunaan kortikosteroid oral pada jangka waktu lama juga dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius seperti moonface, hiperglikemia, hipertensi, dan lain-lain. Lain lagi dengan penggunaan AINS (anti inflamasi non steroid) berkepanjangan, dapat muncul efek samping berupa iritasi dan nyeri lambung.
- Interaksi obat
Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Ada beberapa obat ketika dikonsumsi secara bersamaan, akan muncul efek yang tidak diinginkan. Contohnya kombinasi antara obat hipertensi inhibitor ACE dengan diuretik potasium-sparing (spironolakton) dapat menyebabkan hiperkalemia.
Hmm.. jadi efek samping obat yang terjadi dapat bermacam-macam ya, mulai dari efek yang ringan seperti yang banyak disebutkan di atas: mengantuk, mual, alergi, pusing, dan lain-lain. Bahkan ada juga yang cukup berat seperti seperti syok anafilaksis, gangguan pada saluran cerna (nyeri lambung), gangguan pada darah, gangguan pada pernapasan, dan sebagainya.
Masalah efek samping obat tidak boleh dikesampingkan begitu saja oleh karena dapat menimbulkan dampak negatif seperti: ketidaknyamanan pasien dalam mengonsumsi obat yang dapat berujung pada kegagalan terapi, timbulnya keluhan gejala penyakit baru karena obat , dan adanya efek psikologik penderita yang menyebabkan menurunnya kepatuhan dalam mengonsumsi obat.
Lalu bagaimana usaha kita untuk mengatasi bila terjadi efek samping obat?
Sebenarnya tidak semua efek samping berakibat buruk, contohnya efek samping mengantuk yang ditimbulkan bila kita mengonsumsi obat flu, obat batuk, atau obat alergi seperti CTM. Efek kantuk yang ditimbulkan tidak perlu diatasi, karena efek ini dibutuhkan pasien untuk bisa istirahat. Tapi bagaimana dengan efek samping yang menganggu seperti mual muntah akibat kemoterapi? Atau nyeri lambung akibat penggunaan AINS? Pada pasien yang menjalani kemoterapi dan merasa mual bisa diatasi dengan obat antimual, tentunya sesuai dengan resep dokter. Pasien rematoid artritis yang harus mengonsumsi AINS dalam jangka waktu panjang dapat mengatasi nyeri lambungya dengan obat-obatan gastrointestinal sesuai anjuran dokter.
Nah, tentunya selain melakukan usaha mengatasi efek samping, kita juga harus lebih waspada pada penggunaan obat untuk mencegah timbulnya efek samping. Hal-hal yang dapat kita lakukan antara lain:
- Berikan perhatian khusus terhadap konsumsi obat dan dosisnya pada anak dan bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hati dan jantung.
- Perhatikan petunjuk pada leaflet/ kemasan obat. Biasanya tertera efek samping yang mungkin terjadi, dengan begitu kita akan menjadi lebih waspada.
- Perhatikan juga riwayat alergi yang terjadi. Bisa ditelusuri dari riwayat alergi yang terjadi di keluarga maupun alergi obat yang pernah terjadi.
- Gunakan obat dengan indikasi yang jelas dan tepat, sesuai dengan yang diresepkan dokter.
- Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus
- Bila dalam pengobatan terjadi gejala penyakit baru, atau kondisi malah tidak membaik, selalu ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan tersebut karena perjalanan penyakit, komplikasi, kondisi pasien memburuk, atau justru karena efek samping obat harus segera periksa ke dokter untuk mencegah hal yang tidak dinginkan.
Referensi:
Dwi, F.Y. 2010. Efek Samping Obat. Hilal Ahmar Jakarta.
Ikawati, Z. 2010. Cerdas Mengenali Obat. Yogyakarta: Kanisius. Hal 52-56
Stockley, I. H., 2008, Drug Interaction: A Source Book of Adverse Interactions, their Mechanisms, Clinical Importance and Management, 8th ed, Pharmaceutical Press, London.
Sukandar, E.Y., R. Andrajati, J.I Sigit, I.K. Adnyana, A.P. Setiadi, dan Kusnandar. 2009. ISO FARMAKOTERAPI. Jakarta: PT ISFI Penerbitan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar