KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucap puji dan syukur dan terimakasih kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya juga memberikan kesehatan, pikiran serta
ketabahan dalam menyusun tugas makalah Need dan Demand Bagi Pelayanan Kesehatan.
Di dalam menyusun makalah ini, kami sering mengalami kesulitan, namun berkat bantuan
dan dukungan dari semua pihak, segala kesulitan itu dapat teratasi. Oleh karena
itu, kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini baik bantuan yang
berupa dorongan maupun semangat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Need
dan Demand Bagi Pelayanan Kesehatan.
Manado,
September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang :…………………………...1
1.2 Rumusan Masalah :…………………………...2
1.3 Tujuan Penulisan :…………………………...2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Need dan Demand :…………………………....3
2.2 Perdebatan
Konsep Permintaan Jasa Pelayanan Kesehata :………………......3
2.3 Karakteristik
Permintaan Kesehatan dan Jasa Pelayanan Kesehatan dalam Konteks
Ekonomi :…………………………...............4
2.4 Pengaruh Pendapatan terhadap
Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan:…..................5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan :…………………………...8
3.2 Saran :…………………………...8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya
kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar
hidup seseorang (Todaro, 2002). Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif
baik dibutuhkan oleh manusia untuk menopang semua aktivitas hidupnya. Setiap
individu akan berusaha mencapai status kesehatan tersebut dengan
menginvestasikan dan atau mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa kesehatan
(Grossman, 1972). Maka untuk mencapai kondisi kesehatan yang baik tersebut
dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula.
Dalam perspektif
ekonomi, kesehatan merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas sumber
daya manusia. Teori ekonomi mikro tentang permintaan (demand) jasa pelayanan
kesehatan menyebutkan bahwa harga berbanding terbalik dengan jumlah permintaan jasa
pelayanan kesehatan. Teori ini mengatakan bahwa jika jasa pelayanan kesehatan
merupakan normal good, makin tinggi income keluarga maka makin
besar demand terhadap jasa pelayanan kesehatan tersebut. Sebaliknya jika
jenis jasa pelayanan kesehatan tersebut merupakan inferior good,
meningkatnya pendapatan keluarga akan menurunkan demand terhadap jenis jasa
pelayanan kesehatan tersebut (Folland et al., 2001).
Dalam penelitian Joko et al (2005) menyimpulkan
bahwa kaum wanita di pedesaan memperoleh hak yang sederajat dengan kaum
pria dalam hal memperoleh jasa pelayanan kesehatan. Bahkan wanita lebih banyak melakukan
akses jasa pelayanan kesehatan karena kewanitaannya. Satu hal yang
menggembirakan adalah kaum wanita memperoleh keadilan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kaum pria jika tingkat kekayaan keluarga berbeda. Dengan
kata lain, semakin kaya suatu keluarga, wanita (ibu) lebih banyak mendapat
perhatian dalam hal kesehatan. Faktor kesehatan bukan merupakan barang inferior,
karena semakin tinggi tingkat kekayaan akan meningkatkan akses jasa pelayanan
kesehatan. Faktor-faktor lain yang cenderung meningkatkan akses jasa pelayanan kesehatan
adalah usia dan banyaknya gangguan kesehatan yang diderita. Faktor pendidikan cenderung
menurunkan akses jasa pelayanan kesehatan adalah hal yang harus disikapi dengan
bijak melalui penyuluhan kesehatan.
Jasa pelayanan kesehatan terdiri dari dua macam
yaitu jasa pelayanan kesehatan modern dan tradisional. Jasa pelayanan kesehatan
modern adalah jasa yang memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu pengetahuan
kedokteran yang modern, termasuk di dalamnya adalah jasa pelayanan kesehatan
swasta dan pemerintah.
2.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan need (kebutuhan) dan Demand (permintaan) ?
2. Bagaimana
perdebatan konsep jasa permintaan (demand) pelayanan kesehatan ?
3. Bagaimana
Karakteristik
Permintaan Kesehatan dan Jasa Pelayanan Kesehatan dalam Konteks Ekonomi ?
4. Bagaimana Pengaruh Pendapatan terhadap
Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan?
2.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui penegrtian need (kebutuhan) dan Demand (permintaan).
2. Untuk
mengetahui konsep jasa permintaan (demand) pelayanan kesehatan.
3. Untuk
mengetahui Karakteristik Permintaan Kesehatan dan Jasa Pelayanan Kesehatan
dalam Konteks Ekonomi.
4. Untuk
mengetahui Pengaruh Pendapatan terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Need dan Demand
Need (kebutuhan) adalah kuantitas barang
atau pelayanan yang disecara objektif dipandang terbaik untuk digunakan
memperbaiki kondisi kesehatan pasien. Need biasanya ditentukan oleh dokter, tetapi
kualitas pertimbangan dokter tergantung pendidikan, peralatan, dan
kompetensidokter.
Demand (permintaan) adalah barang
atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh pasien. Permintaan tersebut
dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter, dan juga faktor lain seperti
pendapatan dan harga obat. Demand berbeda dengan need dan want. Wants
(keinginan) adalah barang atau pelayanaan yang diinginkan pasien karena
dianggap terbaik bagi mereka (misalnya, obat yang bekerja cepat). Wants bisa
sama atau berbeda dengan need (kebutuhan).
Pembedaan itu penting karena
tujuannya adalah memenuhi semaksimal mungkin kebutuhan orang, dengan cara
memperbaiki keputusan dokter, dan mendekatkan keinginan dan permintaan sedekat
mungkin dengan kebutuhan, melalui pendidikaan kesehatan, dan sebagainya.
2.2 Perdebatan Konsep Permintaan
Jasa Pelayanan Kesehatan
Secara umum keadaan demand dan need jasa
pelayanan kesehatan dapat dilukiskan dalam suatu konsep yang disebut fenomena
gunung es atau ice-berg phenomenon. Konsep ini mengacu pada pengertian bahwa demand yang benar seharusnya merupakan
bagian dari need. Secara konseptual, need akan jasa pelayanan kesehatan dapat
berwujud suatu gunung es yang hanya sedikit puncaknya terlihat sebagai demand (Palutturi: 2005).
Dalam pemikiran yang rasional semua
orang ingin menjadi sehat. Kesehatan merupakan modal untuk bekerja dan hidup
untuk mengembangkan keturunan. Latar belakang inilah yang membuat orang ingin
menjadi sehat. Ada keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand utuk menjadi sehat tidaklah sama
antarmanusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat tergantung dari kesehatannya
tentu akan mempunyai demand yang
lebih tinggi akan status kesehatannya (Palutturi: 2005).
Menurut teori Blum dalam Palutturi
(2005), kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan hidup, perilaku, pelayanan
kesehatan, dan keturunan. Akan tetapi konsep ini dinilai sulit untuk
menerangkan hubungan antara demand
terhadap kesehatan dengan demand terhadap
jasa pelayanan kesehatan. Untuk menerangkan hubungna tersebut, dipergunakan
suatu konsep yang berasal dari prinsip ekonomi. Pendekatan ekonomi menekankan bahwa
kesehatan merupakan suatu modal untuk bekerja. Jasa pelayanan kesehatan,
termasuk rumah sakit merupakan salah satu input dalam proses untuk menghasilkan
hari-hari sehat. Dengan konsep ini, maka jasa pelayanan kesehatan merupakan
salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang akan menghasilkan
kesehatan. Demand terhadap jasa
pelayanan pada rumah sakit tergantung terhadap demand akan kesehatan sendiri (Palutturi: 2005).
2.3 Karakteristik Permintaan Kesehatan dan Jasa
Pelayanan Kesehatan dalam Konteks Ekonomi
Jasa pelayanan kesehatan
berbeda dengan barang dan jasa pelayanan ekonomi lainnya. Jasa pelayanan
kesehatan atau jasa pelayanan medis sangat heterogen, terdiri atas banyak
sekali barang dan pelayanan yang bertujuan memelihara, memperbaiki, memulihkan
kesehatan fisik dan jiwa seorang. Karena sifatnya yang sangat heterogen, jasa
pelayanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif.
Beberapa karakteristik khusus
jasa pelayanan kesehatan yaitu intangibility,
inseparability, inventory, dan inkonsistensi
(Santerre dan Neun, 2000) dalam Andhika (2010). Intangibility merupakan karakteristik jasa pelayanan kesehatan yang
tidak bisa dinilai oleh panca indera. Konsumen (pasien) tidak bisa melihat,
mendengar, membau, merasakan, atau mengecap jasa pelayanan kesehatan. Inseparability
yaitu karakteristik dimana produksi dan konsumsi jasa pelayanan kesehatan
terjadi secara simultan (bersama). Makanan bisa dibuat dulu, untuk dikonsumsi
kemudian. Tindakan operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama
digunakan oleh pasien. Inventory
merupakan karakteristik dimana jasa pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan
untuk digunakan pada saat dibutuhkan oleh pasien nantinya. Inkonsistensi merupakan
karakteristik jasa pelayanan kesehatan dimana komposisi dan kualitas jasa pelayanan
kesehatan yang diterima pasien dari seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun jasa
pelayanan kesehatan yang digunakan antar pasien, bervariasi.
Jadi jasa pelayanan kesehatan sulit diukur secara
kuantitatif. Biasanya jasa pelayanan kesehatan diukur berdasarkan ketersediaaan
(jumlah dokter atau tempat tidur rumah sakit per 1,000 penduduk) atau penggunaan
(jumlah konsultasi atau pembedahan per kapita) (Palutturi: 2005).
Hubungan antara keinginan kesehatan dengan
permintaan akan jasa pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja yang
sederhana, namun sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utamanya karena persoalan
kesenjangan informasi. Menterjemahkan keinginan sehat menjadi konsumsi jasa pelayanan
kesehatan melibatkan berbagai informasi tentang berbagai hal, antara lain;
aspek status kesehatan saat ini, informasi status kesehatan yang lebih baik,
informasi tentang macam pelayanan yang tersedia, tentang kesesuaian pelayanan
tersebut, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena permintaan jasa pelayanan
kesehatan mengandung masalah uncertainty (ketidakpastian), sakit sebagai
ciri-ciri persoalan kesehatan merupakan suatu ketidakpastian. Keduanya, imperfect
information dan uncertainty merupakan karakteristik umum dari
permintaan kesehatan dan jasa pelayanan kesehatan.
2.4 Pengaruh
Pendapatan terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan
Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan
selalu menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang.
Ada hubungan (asosiasi)
antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan pemeliharaan
kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern. Jika pendapatan
meningkat maka garis pendapatan akan bergeser kekanan sehingga jumlah barang
dan jasa kesehatan meningkat. Pada masyarakat berpendapatan rendah, akan
mencukupi kebutuhan barang terlebih dahulu, setelah kebutuhan akan barang
tercukupi akan mengkonsumsi kesehatan (Andersen et al, 1975; Santerre & Neun,
2000 dalam Andhika 2010; Mills & Gilson,1990).
Sebagian besar jasa pelayanan
kesehatan merupakan barang normal di mana kenaikan pendapatan keluarga akan
meningkatkan demand untuk jasa pelayanan kesehatan. Akan tetapi ada
kecenderungan mereka yang berpendapatan tinggi tidak menyukai jasa pelayanan
kesehatan yang menghabiskan banyak waktu. Hal ini diantisipasi oleh rumah
sakit-rumah sakit yang menginginkan pasien dari golongan mampu. Masa tunggu dan
antrean untuk mendapatkan jasa pelayanan medis harus dikurangi (Palutturi,
2005).
Kerangka teori yang mendasari
penelitian ini adalah teori konsumsi dan ekonomi kesejahteraan merurut Pindyck
dan Rubinfeld (1998). Untuk mecapai kesejahteraan tertentu individu akan
mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa, yang dalam hal ini konsumsi jasa ditekankan
dalam bentuk jasa pelayanan kesehatan. Kurva kepuasan konsumsi barang dan
kesehatan menjelaskan bahwa kepuasan seseorang ditentukan oleh konsumsi
kesehatan dan konsumsi barang yang dibatasi oleh garis pendapatan (Joko: 2005).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pendapatan dan biaya jasa pelayanan kesehatan akan juga
berpengaruh terhadap jumlah jasa pelayanan kesehatan yang diminta. Jika
pendapatan meningkat, maka garis pendapatan akan bergeser ke kanan sehingga
jumlah barang dan kesehatan meningkat. Meningkatnya konsumsi barang dan
kesehatan berimplikasi pada meningkatnya kesejahteraan individu tersebut. Jadi
dalam hal ini konsumsi kesehatan ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan.
Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan juga akan
mempengaruhi konsumsi kesehatan. Faktor tersebut antara lain biaya jasa
kesehatan dan jarak tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan serta
jumlah tanggungan keluarga (Joko: 2005).
Faktor lainnya yang mempengaruhi
konsumsi kesehatan sangat banyak, terutama yang berhubungan dengan keadaan
sosial ekonomi, dan budaya seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman
dan kebiasaan. Besar kecilnya kekayaan dapat mempengaruhi konsumsi kesehatan.
Misalnya pada masyarakat yang berpendapatan rendah, akan mencukupi kebutuhan
barang lebih dulu, setelah kebutuhan akan barang tercukupi akan mengkonsumsi
kesehatan. Faktor yang berpengaruh langsung terhadap pendapatan, misalnya biaya
yang terkait dengan jasa pelayanan kesehatan, menjadikan biaya jasa pelayanan
kesehatan naik. Keadaan ini menurunkan konsumsi kesehatan, karena dengan
naiknya biaya kesehatan akan menurukan pendapatan relatif, yaitu pendapatan
tetap sementara biaya kesehatan naik (Joko: 2005).
Menurut Miler dan Meineres (1997) dalam Andhika
(2010), Engel sebagai pelopor dalam penelitian tentang pengeluaran rumah
tangga. Penelitian Engel melahirkan empat butir kesimpulan, yang kemudian
dikenal dengan hukum Engel. Keempat butir kesimpulannya yang dirumuskan tersebut
adalah jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk konsumsi
pangan semakin kecil, persentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif
tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan, persentase pengeluaran
untuk konsumsi keperluan rumah relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat
pendapatan dan jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk pendidikan,
kesehatan, rekreasi, barang mewah dan tabungan semakin meningkat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan antara
keinginan kesehatan dengan permintaan akan jasa pelayanan kesehatan hanya
kelihatannya saja yang sederhana, namun sebenarnya sangat kompleks. Penyebab
utamanya karena persoalan kesenjangan informasi. Menterjemahkan keinginan sehat
menjadi konsumsi jasa pelayanan kesehatan melibatkan berbagai informasi tentang
berbagai hal, antara lain; aspek status kesehatan saat ini, informasi status
kesehatan yang lebih baik, informasi tentang macam pelayanan yang tersedia, tentang
kesesuaian pelayanan tersebut, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena
permintaan jasa pelayanan kesehatan mengandung masalah uncertainty (ketidakpastian),
sakit sebagai ciri-ciri persoalan kesehatan merupakan suatu ketidakpastian.
Keduanya, imperfect information dan uncertainty merupakan
karakteristik umum dari permintaan kesehatan dan jasa pelayanan kesehatan.
3.2 Saran
Makalah
ini di buat berdasarkan referensi dari berbagai sumber dengan pembahasan atau judul dari pembuatan makalah, masih terdapat
banyak kekurangan yang harus di perbaiki, masalah
penulisan kelengkapan data dan
lain-lain.
Daftar
pustaka
http://fk.uns.ac.id/static/materi/Ekonomi_Kesehatan_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf
di akses pada tanggal 24/ 9/2016 jam 20.00 WITA.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1052
di akses pada tanggal 24/9/2016 jam 20.00 WITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar